Keuangan Keluarga Adalah Prioritas Utama

  • Whatsapp

Banyak usaha keluarga yang jadi sukses dan melegenda. Namun, jauh lebih banyak, usaha keluarga yang hanya begitu-begitu saja. Hanya cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga, bahkan kurang. Ujungnya, usaha jadi tak bisa berkembang. Malah masalah keluarga jadi bertambah.

Banyak pengusaha keluarga yang “terjebak” dengan keluhan yang sama. Uang masuk dan uang keluar seperti keran yang dibuka terus. Akibatnya, simpanan yang harusnya di dapat, malah habis untuk kebutuhan keluarga. Atau sebaliknya, jatah untuk keluarga, justru habis untuk modal usaha.

Jika hal semacam it uterus berkelanjutan, bukan tidak mungkin, usaha yang di bentuk dengan harapan bisa jadi besar dan menghidupi banyak orang, justru akan jadi “petaka” yang menghancurkan. Keluarga yang harmonis, jadi penuh pertengkaran yang tak habis-habis.

Untuk mengatasinya, ada dua hal mendasar yang sebaiknya dilakukan, sebelum memutuskan menggantungkan hidup keluarga pada sebuah usaha…

Pisahkan uang keluarga dan uang usaha

Biasanya, kalau usaha masih kecil, kita memang cenderung sering menyamakan antara uang yang kita terima dalam usaha dan uang untuk kepentingan keluarga. Sebab, kita biasanya menyimpan uang untuk kepentingan keluarga. Sebab, kita biasanya menyimpan uang itu dalam satu nomor rekening. Hal semacam ini bisa kita jumpai dengan mudah pada usaha-usaha kelas mikro dan kecil.

Padahal, jika kita mau berdisiplin, sejak awal harusnya kedua dana untuk usaha dan keluarga / pribadi harus segera dipisah. Mengapa? Karena dengan begitu manajemen keuangan kita jauh lebih terarah. Nantinya, jika pemisahan ini jelas, kita akan tahu betul berapa dana pembangunan usaha yang bisa kita maksimalkan. Dan, kita pun bisa sadar kalau kebutuhan keuangan pribadi kita sedang berlebihan ataupun kurang. Jika kita tahu persis kondisi keuangan, maka ini akan bisa mengerem kita saat banyak mendapat orderan atau usaha sedang laris. Sehingga, di harapkan kita cenderung tidak boros karena sudah tahu betul alokasi keuangan kita.

Jangan mudah tergoda

Poin ini sebenarnya sederhana, namun banyak yang melupakan (baca: membiarkan). Padahal, ini merupakan bentuk usaha mendisiplinkan diri yang bisa jadi kunci aawal sukses sebuah usaha. Sebab, kunci utama mengatur keuangan usaha keluarga adalah pada disiplin kita untuk mematuhi porsi persentase yang kita atur untuk keuangan usaha dan keluarga.

Biasanya, banyak godaan yang justru sering datang jika sedang banyak order atau usaha sedang laris. Barang-barang yang tadinya dirasa belum terlalu penting, jadi seperti “minta dibeli” . ada kalanya, saat uang masuk dalam jumlah besar, tiba-tiba kita merasa butuh ini dan itu. Pasang internet, TV kabel, meng-entertain klien, sewa gedung yang lebih berkelas, beli baju dengan alas an agar bisa lebih pantas bertemu klien kelas atas, dan lain sebagainya.

Apakah semua keinginan tadi salah jika dipenuhi? Tidak juga. Tapi ada stu hal yang harus dipahami. Hal mendasar tersebut seperti yang sering diungkap oleh para perencana keuangan  adalah dengan membedakan kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli barang atau memenuhi hasrat tertentu dengan dalih membesarkan usaha, tanyakan dulu, apakah itu merupakan kebutuhan mendesak atau keinginan yang bisa ditunda. Jawaban ini yang akan menentukan kemana uang usaha akan digunakan.

Dan, agar system kaungan usaha dan keluarga makin terarah, ada baiknya, menerapkan system “dana SOS.” SOS-singkatan Save Our Soul-biasanya disebutkan bagi mereka yang sedang dalam keadaan darurat dan membutuhkan pertolongan segera. Jika pertolongan segera tiba, maka orang yang butuh bantuan bisa diselamatkan. Kalu tidak, mungkin saja nasibnya akan lain. Begitu juga dalam usaha keluarga. Kalu sedang dalam keadaan terjepit, dan sulit, pikiran sempit, bisa jadi kita makin terjepit. Karena itulah, “ Dana SOS” sejak awal seharusnya kita siapkan sehingga kejadian serupa tidak menimpa lagi. ( luar biasa )

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *